Apa Pun Bentuknya yang Penting Kerja
3:00 PM
Facebook
,
Instagram
,
Istana Kepresidenan Bogor
,
Presiden Joko Widodo
,
Presiden RI
,
Twitter
,
www.presidenri.go.id
,
Youtube
Edit
Presiden Joko Widodo, akhir pekan lalu, di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, meluncurkan akun barunya di Youtube.com. Akun yang dapat dilihat di http://youtube.com/c/jokowi itu melengkapi akun Presiden Jokowi di media sosial lainnya, yakni di Twitter dengan akun @jokowi, Facebook (Presiden Joko Widodo), Instagram (jokowi), dan laman www.presidenri.go.id.
Ini berarti Presiden Jokowi total memiliki lima jejaring media sosial yang akan dimanfaatkan benar-benar untuk berkomunikasi dengan rakyat di mana pun.
Hingga Minggu (29/5) petang, sudah ada tujuh potongan video yang diunggah pengelola akun terkait kegiatan Presiden Jokowi di sejumlah daerah saat menjalankan tugas sebagai kepala pemerintahan.
Akun Youtube Jokowi yang baru diluncurkan itu merupakan hasil produksi bersama Tim Komunikasi Presiden dan Biro Pers Media dan Informasi Sekretariat Presiden.
Tujuh video itu dilihat 1.779-8.728 kali. Video Jokowi yang paling banyak dilihat di Youtube adalah kegiatannya saat berdialog dengan santri di Magelang, Jawa Tengah, 4 Mei 2016.
Dialog kocak itu cukup menghibur saat seorang santri salah menyebutkan nama-nama menteri Kabinet Kerja.
Tentu tujuan pembuatan akun tersebut dimaksudkan agar Presiden Jokowi ingin dan dapat lebih dekat lagi berkomunikasi dengan rakyat.
Di tengah era digital, Presiden Jokowi jelas ogah menyapa rakyat hanya dengan blusukan ke sejumlah pelosok dan sudut negeri, tetapi juga lewat media sosial.
Ini sesuai dengan ajakannya di akun Facebook-nya. Di akun tersebut, Presiden Jokowi meminta masukan publik terkait akun barunya di Youtube.
Pengelola akun mengunggah tulisan, "Ayo kita gunakan media sosial untuk sesuatu yang bermanfaat, termasuk untuk menyebarkan perdamaian dan toleransi. Jangan lupa beri masukan ya."
Ajakan Jokowi itu pun direspons oleh pemilik akun Fidel Yuwono. Fidel mengusulkan agar pengelola akun juga menampilkan terjemahan dalam bahasa Inggris.
Menurut Fidel, masyarakat dunia juga perlu melihat sepak terjang Presiden RI melalui internet.
"Kalau boleh saya usul Pak Presiden, ada subtitle dalam bahasa Inggris supaya masyarakat dunia juga bisa menikmati dan mengikuti program-program kerja Pak Jokowi," tulisnya.
Meskipun tak selengkap Presiden Jokowi, Wakil Presiden Jusuf Kalla juga memiliki jejaring media sosial untuk berkomunikasi dengan rakyat.
Akun yang dimiliki Wapres Kalla tercatat juga lumayan jumlahnya selain www.wapresri.go.id, yaitu Twitter, Facebook, dan Youtube, kecuali Instagram. Semuanya itu dikelola oleh Tim Komunikasi JK.
Tak punya akun
Sejumlah menteri Kabinet Kerja pun ada yang memiliki sejumlah akun untuk berkomunikasi dengan masyarakat, tetapi ada juga yang sama sekali tidak memilikinya.
Sebelum perombakan menteri pertama Kabinet Kerja, pengajar Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Surakarta Ginanjar Rahmawan pernah melakukan riset terkait komunikasi para menteri di media sosial Twitter.
Hasil penelitian Ginanjar menyebutkan, 29,41 persen dari seluruh menteri Kabinet Kerja tidak memiliki akun Twitter.
Mereka yang tidak memiliki akun itu di antaranya Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi, Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro, Menteri Perindustrian Saleh Husin, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, dan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah A.A. Gede Ngurah Puspayoga.
Menanggapi bertambahnya kanal komunikasi Presiden Jokowi, Wapres Kalla menyambut baik. Menurut Kalla, Presiden sangat membutuhkan kanal komunikasi tersebut di dunia maya. Pasalnya, jangkauan wilayah Indonesia sangat luas.
Begitu pula dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai lebih dari 250 juta orang. Oleh karena itu, tak cukup hanya dengan komunikasi biasa blusukan atau pertemuan-pertemuan langsung.
Namun, apa pun bentuk komunikasi yang diwujudkan, yang harus dijaga adalah kinerja pemerintahan. Tanpa kerja nyata, bentuk komunikasi yang dibangun tentu tidak akan mengenai sasaran.
Semakin bertambah banyak akun tersebut akan semakin baik pula selama hal itu diimbangi dengan kerja nyata di "darat" yang memberikan kemajuan dan kesejahteraan rakyat.
"Bukan bentuk media sosialnya, melainkan apa yang harus diketahui semua orang. Itu yang dibutuhkan pemerintah saat ini. Mau media sosial apa pun yang kita pakai, kalau keadaan negara itu tak maju, ya susah," ujar Kalla.
Inilah tantangan Jokowi-Kalla dan para menteri untuk selalu kerja dan kerja, bukan ber-akun ria.
Sumber: KOMPAS.com
0 comments:
Post a Comment